Ibnu samirah memiliki kebiasaan yang dulu; tidur dan tidur . umur lima tahun tidak membuat tubuhnya gesit, melainkan semakin limbung; siang malam tidur, dan ketika bangun sudah ada makanan yang dipersiapkan oleh seseorang. tanpa pikir panjang ibnu samirah langsung menyantap dengan lahap , dan setelah itu tidur kembali , kehidupan seperti ini terus berulang-ulang selama 3 tahun; dan ketika genap umur delapan tahun, dia sudah bisa mengurangi tidurnya.
Ibnu samirah mulai menyenangi alam ini; dia terperanjat betapa keindahan ini ada, tidak hanya keindahan hati yang mampu menerobos dinding-dinding material; ternyata dibalik semua ada keindahan yang terlihat oleh mata. ibnu samirah tidak berpikir sedang dimana, dia hanya berjalan-jalan
1) Hadist dengan sanad melalui fatimah binti Qoes ra. yang diriwayatkan oleh imam muslim (hadist shoheh) di dalam kitab fitan. insaallah hadist ini akan disampaikan pada bahasan yang tepat dari ujung satu ke ujung lainnya, dari bukit satu ke bukit lainnya; sesekali waktu duduk di tepi pantai menikmati suara ombak dan semilir angin, tapi sedikitpun ibnu samirah tidak berkomentar tentang keindahan alam yang dilihat. ibnu samirah seperti angkuh dalam jatidirinya sendiri, terkurung dalam dirinya yang dikehendak oleh kekuatan syetan . ketika melihat keindahan alam, bukan keindahan alam itu yang dinikmati indrawinya, melainkan hatinya penuh dengan kedengkian dan kedongkolan dengan bernagai pertanyaan yang misterius.
Ibnu samirah mulai mengenal sudut-sudut pulau, hewan-hewan, bahkan hewan ular yang sangat panjang-panjang tiba-tiba merusak masuk kepulau itu, ular-ular itu meluncur dari dasar laut dan langsung bertengger di pulau, seolah-olah pulau itu miliknya, pemandangan ini dilihat oleh ibnu samirah sangat wajar dan tidak aneh; ular-ular itu banyak, panjang-panjang dan besar, namun tidak mengganggu sedikitpun kepada ibnu samirah; sehingga ibnu samirah semakin asyik dengan dirinya sendiri.
Sedikitpun dalam hati ibnu samirah tidak terlintas siapa yang membuat pulau ini, keadilan siapa, dan sekarang diperuntukkan siapa. seolah-olah ibnu samirah memiliki tendensi lain dalam setiap apa yang dilihatnya, bukan ucapan syukur dan tafakur, melainkan keangkuhan dirinya sendiri. padahal apa yang dirasakan dan disaksikan dalam pulau ini sungguh-sungguh amt ajaib, seperti makan buah-buahan tidak usah memetik, padahal memetikan ibnu samirah bisa; semua sudah tersedia di goa ibnu samirah dimana pertama kali dia ditempatkan, semua itu tidak dipikirkan oleh ibnu samirah
Ibnu samirah mulai menyenangi alam ini; dia terperanjat betapa keindahan ini ada, tidak hanya keindahan hati yang mampu menerobos dinding-dinding material; ternyata dibalik semua ada keindahan yang terlihat oleh mata. ibnu samirah tidak berpikir sedang dimana, dia hanya berjalan-jalan
1) Hadist dengan sanad melalui fatimah binti Qoes ra. yang diriwayatkan oleh imam muslim (hadist shoheh) di dalam kitab fitan. insaallah hadist ini akan disampaikan pada bahasan yang tepat dari ujung satu ke ujung lainnya, dari bukit satu ke bukit lainnya; sesekali waktu duduk di tepi pantai menikmati suara ombak dan semilir angin, tapi sedikitpun ibnu samirah tidak berkomentar tentang keindahan alam yang dilihat. ibnu samirah seperti angkuh dalam jatidirinya sendiri, terkurung dalam dirinya yang dikehendak oleh kekuatan syetan . ketika melihat keindahan alam, bukan keindahan alam itu yang dinikmati indrawinya, melainkan hatinya penuh dengan kedengkian dan kedongkolan dengan bernagai pertanyaan yang misterius.
Ibnu samirah mulai mengenal sudut-sudut pulau, hewan-hewan, bahkan hewan ular yang sangat panjang-panjang tiba-tiba merusak masuk kepulau itu, ular-ular itu meluncur dari dasar laut dan langsung bertengger di pulau, seolah-olah pulau itu miliknya, pemandangan ini dilihat oleh ibnu samirah sangat wajar dan tidak aneh; ular-ular itu banyak, panjang-panjang dan besar, namun tidak mengganggu sedikitpun kepada ibnu samirah; sehingga ibnu samirah semakin asyik dengan dirinya sendiri.
Sedikitpun dalam hati ibnu samirah tidak terlintas siapa yang membuat pulau ini, keadilan siapa, dan sekarang diperuntukkan siapa. seolah-olah ibnu samirah memiliki tendensi lain dalam setiap apa yang dilihatnya, bukan ucapan syukur dan tafakur, melainkan keangkuhan dirinya sendiri. padahal apa yang dirasakan dan disaksikan dalam pulau ini sungguh-sungguh amt ajaib, seperti makan buah-buahan tidak usah memetik, padahal memetikan ibnu samirah bisa; semua sudah tersedia di goa ibnu samirah dimana pertama kali dia ditempatkan, semua itu tidak dipikirkan oleh ibnu samirah
0 Response to "IBNU SAMIRAH HIDUP DI PULAU ULAR"
Post a Comment
Silahkan Koment ^_^